Tanya Jawab Seputar Ruqyah di Majalah Cahaya Nabawi yang sangat penting diketahui praktisi ruqyah dan orang lain pada umumnya.
1. Apakah pengobatan ruqyah itu ada dasarnya ?
Jawab : Bukan ada lagi tapi banyak. Dalam Al-Quran misalnya disebutkan :
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
“ Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian. “ (QS.Al-Isra : 82)
Imam Fakhr ar-Razi dalam kitab tafsirnya dan beberapa ulama ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa lafadz min dalam ayat itu bukan berfaedah littab’idh (sebagian) tetapi berfaedah liljinsi (cangkupan). Sehingga maknanya al-Quran secara keseluruhan adalah syifa (obat). Dan beliau menyatakan bahwa al-Quran adalah syifa (obat) bagi penyakit ruhani dan penyakit jasmani. Penyakit ruhani seperti akidah yang menyimpang dan akhlak yang tercela. Adapun syifa untuk penyakit jasmani, maka beliau mengatakan caranya dengan niat bertabarruk membacanya, maka akan menghilangkan banyak penyakit. (Tafsir al-Kabir : 21/389-390)
Dalam hadits yang ditampilkan imam al-Qurthubi dan imam Fakhr ar-Razi dalam kitab tafsir mereka, terlepas dari pembahasan sanadnya, disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
من لم يسْتَشف بِالْقُرْآنِ فَلَا شفَاه الله
“ Barangsiapa yang tidak berobat dengan al-Quran, maka semoga Allah tidak sembuhkan penyakitnya “. Hadits ini menunjukkan keanjuran berobat dengan al-Quran tanpa kita mengesampingkan pengobatan secara medis, karena Nabi juga membolehkan berobat secara umum ataupun medis.
2. Bagaimana menjawab komentar-komentar miring tentang ruqyah, seperti komentar bahwa itu sama dengan perdukunan ?
Jawab : Komentar seperti itu menunjukkan ia masih awam soal ruqyah. Ketika rombongan ‘Amr bin Hazm mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bertanya soal ruqyah, maka Nabi memerintahkan mereka untuk memperlihatkan cara ruqyah mereka. Maka rombongan itu menampilkan cara ruqyah mereka di hadapan Nabi. Setelah Nabi melihatnya, maka Nabi mengatakan, “saya memandang tidak apa-apa ruqyah kalian itu. Barangsiapa yang mampu memberi manfaat bagi saudaranya, maka lakukanlah.” (HR. Muslim)
Hadits ini dikomengtari oleh imam al-Qurthubi :
فيه دليل على جواز الرقى والتطبب بما لا ضرر فيه، ولا منع شرعيا مطلقا ، وإن كان بغير أسماء الله تعالى وكلامه لكن إذا كان مفهوما
“ Dalam hadits tersebut menunjukkan kebolehan meruqyah dan mengobati dengan sesuatu yang tidak berbahaya dan tidak dilarang oleh syare’at secara muthlaq, meskipun dengan ucapan selain asma-asma Allah Ta’ala dan firman-Nya, akan tetapi bisa dipahami maknanya. “ (Nail al-Authar, asy-Syaukaani : 10/185)
Artinya diperbolehkan peruqyahan dan pengoatan apapun selagi tidak bertentangan dengan fiqih syare’atnya, tidak dengan yang haram, tidak dengan hal yang membahayakan bagi pasien ataupun si pengobatnya, menggunakan dengan al-Quran, asmaul husna ataupun selain al-Quran tetapi yang bisa dipahami maknanya. Maka jika kaedah-kaedah ini diterapkan dan tidak dilanggar, si pengobat dan pasien tidak bisa dikatakan jatuh dalam perdukunan. Sebaliknya jika melanggar kaedah-kaedah di atas, maka bisa dibilang jatuh dalam praktek perdukunan.
3. Apa sebabnya orang bisa terkena gangguan jin dan makhluk halus ?
Jawab : Ada beberapa factor yang menyebabkan jin atau makhluk halus bisa mengganggu manusia atau bahkan masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan munculnya penyakit. Di antaranya sihir. Karena sihir melibatkan jin di dalamnya dan pemaksaan dari dukun terhadap jin untuk melakukan apa yang diperintahkan dukun tersebut melalui uqdah, bukhul yakni ikatan penghubung yang biasanya dibuat dari sesuatu yang terkait dengan korbannya semisal rambut, pakaian, bekas pakaian, fhoto, kuku, darah, putung rokok dan lain sebagainya.
Atau juga karena keinginan si pasien itu sendiri dengan memanggil atau memasukkan jin sebagai khodamnya dengan tujuan penjagaan, kekuatan, kewibawaan, kecantikan ataupun pesugihan. Sehingga jin semacam ini akan membuat perhitungan kepada pelakunya sebagai imbalan dari khidmatnya, kadang disadari oleh pelaku dan banyak pula yang tidak disadarinya resiko seperti ini.
Di antara resiko imbalan yang dibuat jin, kadang berupa sakit-sakitan, linglung, gila, stroke, bahkan nyawa alias meninggal. Dan kadang merambat kepada keluarganya seperti istrinya, anaknya, saudaranya bahkan tetangganya nauudzu billahi min dzalik. Ada juga karena factor diikuti oleh jin, atau karena kedendaman jin itu pada pasien, atau factor tumbal dan lain sebagainya.
Namun secara garis besarnya jin mampu masuk ke tubuh manusia, karena dua hal yaitu lemahnya mental dan lemahnya spiritual agama. Harus kuat kedua-duanya dan tidak boleh pincang. Jika secara spiritual agama ia kuat, semisal rajin ibadah, rajin dzikir, rajin sholat sunnah, namun mental atau hatinya lemah; buruk sangka kanan dan kiri, mudah tersinggungan bahkan marah yang berlebihan, maka demikian ini jin masih bisa mengganggunya.
Sebab itulah kami banyak sekali menemukan kasus dimana pasien seorang imam masjid bahkan pimpinan pesantren, ada yang sakit-sakitan namun secara medis sulit didagnosa, lalu ketika kami bantu penanganan dengan ruqyah, si pasien reaksi muntah bahkan ada yang rekasi frontal seperti kesurupan karena jin di dalam tubuhnya berontak kepanasan dan mental si pasien sangatlah lemah.
Demikian juga jika kuat secara mentalnya saja semisal tidak sombong, tidak emosian, tidak buruk sangka kanan dan kirinya tetapi spiritual agamanya lemah, jarang sholat dan jarang berdzikir, maka jin dan makhluk halus masih bisa mengganggunya.
4. Bagaimana cara mencegah diri dari gangguan-gangguan seperti itu ?
Jawab : Yang pertama; kuatkan mental dengan menguatkan hati dan pikiran. Senantiasa hati terhubung dengan Allah Ta’ala. Jika sedih jangan larut dalam kesedihan, jika senang jangan berlebihan dalam kesenangan. Serahkan segala urusan sekecil apapun kepada Allah Ta’ala. Jangan mudah emosian dan tersinggungan, jangan sombong, bangga diri dan buruk sangka.
Kedua; kuatkan spiritual agama dengan menjalankan segala perintah Allah dan Rasul-Nya dan semaksimal mungkin menjauhi segala apa yang dilarangnya. Menjaga sholat berjama’ah, menjaga wudhu, sering puasa sunnah, dan membaca wirid dan dzikir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ulama shalih. Ketiga; senantiasa dekat dengan orang shalih khususnya guru pembimbing ruhani seperti mursyid dan semisalnya, senantiasa menimba ilmu dimanapun berada. Karena ada mahkluk yang tidak bisa dikeluarkan dengan ruqyah dan hanya bisa dengan ilmu dan mujahadah yaitu nafsu, setan dan kebodohan diri sendiri.
5. Apa obat terbaik untuk orang yang terlanjur terkena gangguan sihir, jin atau lainnya ?
Jawab : Tidak ada obat terbaik dalam masalah ini selain memperbaiki mental pasien. Dan tidak bisa memperbaiki mental kecuali dengan memperbaiki konsep hati. Dibantu dengan penunjang pengobatan fisik semisal madu, jintan hitam, bekam dan lain sebagainya.
Dalam tahapan jin masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur-jalur peredaran darah, pasien atau korban akan dibuat lemah pikiran dan mentalnya terlebih dahulu agar malas beribadah kalaupun dipaksa beribadah, maka seolah ibadanya tidak memiliki ruh dan powernya. Pelemahan ibadah bagi orang mukmin, setelah adanya kelemahan mental dan hati pasien yang dilakukan jin.
Di sinilah pasien membutuhkan orang yang ahli dalam membimbing batinnya agar kembali semangat dan kuat hatinya. Tidak sedikit pengobatan dengan al-Quran dari para peruqyah, namun lupa dari hal yang sangat penting ini, sehingga berdampak kurang maksimal dalam proses penyembuhan bahkan terkadang berakibat fatal.
Yang sering terjadi dan kami lihat dari para peruqyah, pasien dibacakan ayat-ayat suci al Quran, namun sebelum dan sesudahnya hati pasien tidak dibimbing dengan penguatan mental dan diarahkan dengan spiritual keagamaan. Sehingga saat jinnya sudah dikeluarkan, dalam batin pasien meninggalkan celah negative yang menjadikan jin-jin lainnya masuk kembali ke tubuhnya.
Metode tabarruk dengan al-Quran yang baik, adalah sebelum pasien dibacakan atau diperdengarkan bacaan al-Quran, dzikir dan lainnya, hendaknya lakukan penguatan mental dari kedua belah pihak yakni pihak peruqyah dan pihak pasien. Si peruqyah menamakan dengan yakin bahwa Allah Ta’ala lah yang Dzat sang penyembuh segala macam penyakit,
juga kuatkan hatinya fokus kepada Allah dengan taqwa dan berserah diri kepada Allah Ta’ala. Adapun pasien maka hendaknya betul-betul optimis dalam keinginan sembuhnya dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.
Dan setelah selesai proses tabarruk dengan al-Quran, maka pasien juga harus dibimbing ruhaninya agar senantiasa kuat mentalnya sehingga tidak mudah lagi diganggu makhluk halus.
Penunjang dalam proses kesembuhan bisa melakukan bekam di titik-titik tertentu, dan rutin mengkonsumsi madu, jintan hitam, bidara dan makanan yang sehat.
6. Ada pengalaman menarik mungkin ketika menanganani pasien ?
Jawab : Banyak sekali. Diantaranya; ketika ada team kami melakukan penanganan seorang wanita yang kesurupan dan ditemani suaminya, praktisi sedikit kelelahan karena reaksinya si wanita itu cukup frontal; berontak, mukul, nendang dan meludah-ludahi.
Ketika praktisi merasa lelah dan sudah semua ayat apapun ia baca namun pasien juga tidak kunjung sembuh, maka mereka membawa pasien itu ke hadapan saya. Kondisinya masih berontak, maka saya tanyakan kepada suaminya kenapa istrinya ini kok bisa kesurupan ? suaminya mengatakan, bahwa istrinya sebenarnya sudah tidak pernah kesurupan lagi sejak 6 bulan, tapi kemaren saat istrinya marah dan marahnya berlebihan, maka istrinya seketika kesurupan.
Dari sini saya bisa tahu celah jin itu masuk kembali ke dalam tubuh pasien, maka saya pun mengetahui kelemahan batin wanita ini dari amarahnya. Seketika itu saya langsung memanggil-manggil nama wanita itu setelah saya tanyakan namanya kepada suaminya.
Lalu batinnya saya tuntun untuk menstabilkan emosioanlnya terutama amarahnya, dan kedua matanya saya suruh membukanya dan melihat telapak tangan saya lalu saya katakan; bagus lihat terus telapak tangan saya, bagus terus sambil baca istighfar dalam hatinya, bagus, terus, dan bismillah keluar…! Maka pasien seketika jatuh pingsan karena jinnya telah keluar dari tubuhnya, kemudian saya memanggil kembali pasien dan langsung sadar dan normal kembali.
Team praktisi kami tersenyum, ternyata mudah sekali penanganannya jika tahu celahnya. Dan masih banyak lagi kisah-kisah unik lainnya.
Sumber By : Kyai Achmad Imron Rosidi
Fb : Ibnu Abdillah Al-Katibiy (Founder Keluarga Besar Ruqyah Aswaja Nasional & internasional)
Link https://m.facebook.com/groups/ruqyahaswaja/permalink/3748151031882885/
0 Komentar